Sabtu, 07 Februari 2015

Sekilas Syiah Kuala

       Syiah Kuala, siapa yang tidak kenal nama ini, nama yang di'laqab'kan bagi salah satu Ulama Besar di Nusantara yang berasal dari sebuah wilayah kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Syech Abdurrauf as-Singkily, yang sekarang juga dipakai menjadi Nama Universitas di provinsi paling barat dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Provinsi Aceh, yang sangat familiar ditelinga semua orang bahkan juga diseluruh dunia, terutama setelah terjadinya musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.
       Saat ini, Syiah Kuala merupakan salah satu kecamatan hasil pemekaran Kota Banda Aceh pada tahun 1983 (berdasarkan PP Nomor 5 tahun 1983), bersama dengan kecamatan Meuraxa, mendampingi 2 (dua) kecamatan lainnya yang sudah lebih dulu muncul yaitu Baiturrahman dan Kuta Alam (berdasarkan UU (drt) nomor 5 tahun 1956). Yang kemudian juga dimekarkan lagi pada tahun 1999/2000 (berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 138/2352/PUOD tanggal 16 Agustur 1999) menjadi 9 (sembilan) kecamatan dengan tambahan kecamatan Ulee Kareng, Banda Raya, Kutaraja, Lueng Bata, dan Jaya Baru. Syiah Kuala juga menjadi salah satu wilayah yang paling parah terkena musibah tsunami Tahun 2004 yang lalu.
       Wilayah Kecamatan Syiah Kuala yang terletak di bagian Timur Kota Banda Aceh terletak pada 5,561'-5,612 LU dan 95,318-95,378' BT memiliki luas 1.424 Ha, terbagi ke dalam 10 (sepuluh) desa/gampong yang juga tergabung dalam 2 kemukiman, yaitu Kemukiman Syiah Kuala dan Kemukiman Kayee Adang.
       Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Syiah Kuala adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Subulussalam & Darussalam, Kab. Aceh Besar
Sebelah Timur : Kecamatan Ulee Kareng, Kec. Krueng Barona Jaya (Aceh Besar)
Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Alam
Sebelah Barat : Selat Malaka

       Jumlah Penduduk Syiah Kuala setelah tsunami sangat banyak berkurang karena menjadi korban musibah tersebut, namun saat ini sudah mencapai kondisi normal 36.662 ribu jiwa /10.652 KK, dimana 26% diantaranya adalah anak-anak.

Gebrakan Perdana FK-OSI Koetaraja

Terlambat, tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Slogan inilah yang membuat kami tetap semangat dalam mengembangkan SIMKAH di Kota Banda Aceh. Seiring terbentuknya Forum Komunikasi Operator Simkah (FK-OSI) Kota Banda Aceh yang merupakan tindak lanjut dari Duek Pakat I FK-OSI Aceh di Syamtalira Bayu Aceh Utara akhir tahun yang lalu. Dimana saat itu Samsul Hadi, S.Ag. (Ka.KUA kec. Syiah Kuala) terpilih menjadi Koordinator FK-OSI Banda Aceh, dan sekaligus menjadi pemateri utama dalam pelatihan dasar Simkah kali ini.
Sebenarnya tidak juga terlambat jika melihat inisiatif di Kota Banda Aceh mengingat informasi mengenai Simkah ini justru dikembangkan dari Banda Aceh, namun sayangnya semangat tersebut tidak disambut dengan respon yang cukup baik dari pihak terkait sehingga baru awal tahun inilah baru ada 'gebrakan' berupa Pelatihan Dasar bagi Operator Simkah Tingkat Pemula.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menambah jumlah operator Simkah yang 'siap pakai' mengingat sampai hari ini baru 5 orang operator yang sudah aktif. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 18 orang operator yang berasal dari semua KUA se-Kota Banda Aceh. Untuk patut diapresiasi dukungan dari Kelompok Kerja Kepala KUA se-Kota Banda Aceh dalam hal materiil dan non-materiil.
Alhamdulillah kegiatan yang berlangsung pada hari Selasa dan Rabu, 13-14 Januari 2015 dan mengambil tempat di KUA Kec. Kutaraja ini diikuti dengan antusias dari seluruh peserta, dan peserta pun tampak puas dengan ilmu yang didapat mulai dari proses instalasi Simkah, input data, ganti/edit template, sampai ke print buku nikah. Dan melihat kepuasan di wajah peserta, maka para tutor dan pendamping pun juga merasa bahagia dan puas.
Semoga kegiatan ini bisa menjadi langkah awal menuju masa depan pelayanan nikah yang lebih profesional. aamiin.